A.
IP Address
IP (Internet Protokol) Addres
diperlukan agar host lain dalam satu jaringan dapat berkomunikasi. Dalam
memberi IP address pada server dan switch dam konfigurasi harus menggunakan IP
address yang fix.
IP address terbagi menjadi
dua, yaitu bagian network address(identitas jaringan) dan node/host address(Identitas
host dalam satu jaringan). Pada IP address versi 4 terdiri atas 4 oktet.
Nilai 1 oktek adalah 255. IP addres sebanyak ini harus dibagi ke seluruh
pengguna. Sehingga unrtuk mempermudah proses pembagian serta mempermudah
pendistribusian pendaftaran, IP address harus dikelompokkan dalam kelas-kelas.
IPv4 taerdiri dari 5 kelas yaitu A, B, C, D, dan E. kelas D digunakan untuk
multicasting sedangkan E untuk riset.
Berikut
adalah IP Address Range untuk masing-masing kelas :
Kelas IP
Address
|
IP Address
|
Netmask
Default
|
A
|
1.0.0.0-127.0.0.0
|
255.0.0.0
|
B
|
128.0.0.0-191.255.0.0
|
255.255.0.0
|
C
|
192.0.0.0-223.255.255.0
|
255.255.255.0
|
D
|
224.0.0.0-239.255.255.255
|
-
|
E
|
240.0.0.0-255.0.0.0
|
-
|
B.
Subneting
Subnet adalah upaya / proses
untuk memecah sebuah network dengan jumlah host yang cukup banyak, menjadi
beberapa network dengan jumlah host yang lebih sedikit. Subnetting berguna untuk :
- untuk menentukan batas network ID dalam suatu subnet.
- Memperbanyak jumlah network (LAN)
- Mengurangi jumlah host dalam satu network
- Tujuan lain dari subnetting yang tidak kalah pentingnya adalah untuk
mengurangi tingkat kongesti (gangguan/ tabrakan) lalulintas data dalam suatu
network.
Selain itu, subnetting diperlukan, karena:
-
Efisiensi penggunaan IP Address
- Pendelegasian kekuasaan untuk pengaturan IP Address.
- Mempermudah manajemen jaringan
-
Mengatasi masalah perbedaan hardware dan
topologi fisik jaringan
Pada
dasarnnya, subnetting adalah mengambil bit-bit dari bagian host sebuah alamat
IP dan me-reserve atau menyimpannya untuk mendefinisikan alamat subnet. Jadi
semakin banyak jumlah subnet, semakin sedikit jumlah bit yang tersedia untuk
mendefinisikan host bit.
Gambar 1. Pembentukan subnetting
C. Istilah pada Subnetting
Berikut beberapa istilah-istilah umum dalam pengalamatan IP yaitu
• Host IP Address : alamat IP klien
• Network Mask :
seringkali disebut
subnet mask, digunakan untuk menentukan banyaknya jaringan yang dapat dicakup
• Network Address :
alamat jaringan,
digunakan sebagai pengenal sebuah jaringan, selalu diperoleh dari alamat
pertama dari sekumpulan alamat terdaftar dalam suatu jaringan
• Network Broadcast
Address :
alamat broadcast, digunakan
untuk melakukan broadcasting (penyebaran) paket data dalam satu jaringan,
selalu diperoleh dari alamat terakhir dari sekumpulan alamat terdaftar dalam
suatu jaringan
• Total Number of
Host Bits :
jumlah total host yang dapat
ditampung dalam bit, untuk mengetahui jumlah host/klien maksimal yang dapat
diberi alamat IP pada sebuah jaringan
• Number of Hosts :
jumlah alamat yang dapat
digunakan sebagai host, jumlah yang dapat digunakan merupakan jumlah alamat
total dalam sebuah jaringan dikurangi dengan 2 (karena satu sebagai Network
Address, dan satunya lagi untuk Broadcast Address)
D. Classless dan Classfull
IP Classless
IP classless berarti IP yang tidak mempunyai kelas, perbedaan mendasar antara IP classless dan IP classfull adalah penggunaan tanda prefik atau slash (/) dibelakang IP address yang bersangkutan,contoh : 192.168.10.0/27 , apabila ditelusuri, IP tersebut memiliki susunan bit sebagai berikut:
nnnnnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.nnnhhhhh
Total bit = 32
jumlah bit n (network) = 27
jumlah bit h (host) = 5
Rumus untuk mencari jumlah
host yang dapat saling terhubung adalah 2 pangkat h-2. pada contoh diatas, IP
tersebut memiliki jumlah bit h sebanyak 5. jadi perhitungan jumlah host yang
dapat terhubung adalah sebanyak 25-2= 30 buah host. kemudian berikut ini adalah
baris IP yang dipakai:
- network IP : 192.168.10.0/27
(IP Address yang menyatakan alamat network)
- 1st IP : 192.168.10.1/27 (IP
Address pertama yang dapat digunakan host)
- last IP : 192.168.10.30/27
(IP Address terakhir yang dapat digunakan host)
- Broadcast IP :
192.168.10.31/27 (IP Address untuk menirim paket secara massal)
Jumlah IP yang dapat dipakai pada host adalah sebanyak 30. yaitu dari 192.168.10.1 sampai 192.168.10.30. itu adalah pada group IP Network yang pertama. untuk mencari grup network yang selanjutnya, tinggal tambahkan Broadcast IP Address Network pertama (192.168.10.31) dengan angka 1 pada byte terakhir, sehingga grup network yang ke-2 memiliki IP Network 192.168.10.32. selanjutnya, dengan cara yang sama seperti diatas, tentukan host IP address network ini berdasarkan jumlah yang telah ditentukan (30 host). sehingga pada grup IP Network yang ke-2 baris IP yang dipakai adalah:
- network IP : 192.168.10.32/27 (IP Address yang menyatakan alamat network)
- 1st IP : 192.168.10.33/27 (IP
Address pertama yang dapat digunakan host)
- last IP : 192.168.10.62/27 (IP
Address terakhir yang dapat digunakan host)
- Broadcast IP : 192.168.10.63/27 (IP
Address untuk menirim paket secara massal)
Untuk grup IP Network yang selanjutnya dapat kita cari sendiri berdasarkan pola yang sama seperti diatas. perlu diingat, bahwa IP grup network pertama tidak bisa berhubungan dengan IP pada network ke-2 dan IP network lainnya.hal inilah yang menjadi keunggulan daripada IP Address dengan tipe Classless, dimana jumlah host yang dapat terhubung bisa kita lebih persempit. di kantor-kantor teknik IP Classless ini dapat diimplementasikan sehingga komputer karyawan tidak bisa terhubung dengna komputer bos. bagaimana jika dalam implementasinya kita ingin menghubungkan 2 buah komputer saja?,anda tinggal menggunakan IP dengan prefiks /30.
IP Classfull
Pada saat address Internet distandarkan (awal 80-an), address Internet dibagi dlm 4 kelas:
Class A : Network prefix 8 bit
Class B : Network prefix 16
bit
Class C : Network prefix 24
bit
Class D : Multicast
Class E : Eksperimen
Tiap IP address mempunyai satu
kunci yg mengidentifikasi kelas
Class A : IP address mulai dg
“0”
Class B : IP address mulai dg
“10”
Class C : IP address mulai dg
“110”
Class D : IP address mulai dg
“1110
Class E : IP address mulai dg
“11110”
Classful ip address mempunyai
sejumlah masalah :
1.
Terlalu sedikit network address untuk jaringan
yang besar (address class A dan clasas B telah lenyap
2.
Hierarki 2 tingkat tidak sesuai utk jaringan
besar dg address Class A dan Class B
3.
Tidak fleksibel. Misalkan perusahaan memerlukan
2000 address
-Address class A dan B berlebihan (overkill!)
-Address class C tidak mencukupi (memerlukan 10 address class C)
4. Tabel Routing Membengkak. Routing pada backbone Internet memerlukan satu
entry untuk tiap network address. Pd 1993 ukuran tabel routing mulai melebihi
kapasitas router.
5. Internet memerlukan address lebih dari 32-bit dari beberapa alasan
diatas maka sekarang IP CLASSFUL tidak dipakai lagi,dan beralih ke IP
CLASSLESS.
E. Packet Tecer
Packet Tracer adalah
sebuah software simulasi jaringan. Sebelum melakukan konfigurasi jaringan yang
sesungguhnya (mengaktifkan fungsi masing-masing device hardware) terlebih
dahulu dilakukan simulasi menggunakan software ini. Simulasi ini sangat bermanfaat
jika membuat sebuah jaringan yang kompleks namun hanya memiliki komponen fisik
yang terbatas.
F. Cara Menciptakan
Subnetting
1. CIDR ( Classless Interdomain
Domain Routing)
Merupakan sebuah
cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem
klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut
juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih efisien
dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP jaringan ke
dalam kelas-kelas A, B, dan C. Metode yang digunakan adalah VLSM( Variable Length Subnet Mask ).
Tabel 1. Tabel Nilai CIDR
nSubnet Mask
|
CIDR
|
Subnet Mask
|
CIDR
|
255.128.0.0
|
/9
|
255.255.240.0
|
/20
|
255.192.0.0
|
/10
|
255.255.248.0
|
/21
|
255.224.0.0
|
/11
|
255.255.252.0
|
/22
|
255.240.0.0
|
/12
|
255.255.254.0
|
/23
|
255.248.0.0
|
/13
|
255.255.255.0
|
/24
|
255.252.0.0
|
/14
|
255.255.255.128
|
/25
|
255.254.0.0
|
/15
|
255.255.255.192
|
/26
|
255.255.0.0
|
/16
|
255.255.255.224
|
/27
|
255.255.128.0
|
/17
|
255.255.255.240
|
/28
|
255.255.192.0
|
/18
|
255.255.255.248
|
/29
|
255.
255.224.0
|
/19
|
255.255.255.252
|
/30
|
Catatan penting dalam subnetting ini adalah penggunaan oktat pada subnet
mask dimana :
- untuk IP
address kelas C yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada oktat terakhir karena
pada IP Address kelas C subnet mask defaultnya adalah 255.255.255.0
-
untuk IP address kelas B yang dapat dilakukan
CIDR-nya adalah
pada 2 oktat
terakhir karena pada IP Address kelas B subnet mask default-nya adalah
255.255.0.0
- untuk IP address kelas A yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada 3 oktat
terakhir karena IP address kelas A subnet mask default-nya adalah 255.0.0.0
Disamping menghafal tabel-tabel diatas, dapat juga mempelajari cara
menghitung dengan mempergunakan rumus
Ø
Jumlah Host per Network = 2 n - 2
Dimana n adalah jumlah bit tersisa yang belum
diselubungi, misal Network Prefix /10, maka bit tersisa (n) adalah 32 –10
= 22
2 22 – 2 = 4.194.302
Ø
Jumlah Subnet = 2 N
Dimana N adalah jumlah bit yang
dipergunakan (diselubungi) atau N = Network Prefix – 8 Seperti contoh:
bila network prefix /10, maka N = 10 – 8 = 2
2 2 = 4
2. VLSM(Variable Length Subnet
Mask )
VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam vlsm dilakukan
peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting,
subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa digunakan. selain itu, dalam subnet
classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
Jika pada pengalokasian IP address classfull, suatu
network ID hanya memiliki satu subnetmask, maka VLSM menggunakan metode yang
berbeda, yakni dengan memberikan suatu network address lebih dari satu
subnetmask.
Dengan menggunakan
variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif:
network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan,
di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut
harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari
bit-bit host.
Perhitungan IP Address
menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu
Network Address lebih dari satu subnet mask. Dalam penerapan IP Address
menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan
internet sebaiknya pengelolaan networknya dapat memenuhi persyaratan :
1. Routing protocol yang digunakan harus mampu
membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya
(routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut
protocol routing : CNAP 1-2),
2. Semua perangkat
router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode VLSM yang
menggunakan algoritma penerus packet informasi.
http://mahanirosyidha.blogspot.com/2013/05/subnetting-classfull-dan-classless.html